Amer Matar dan Hiba Alhamed, keduanya merasakan penculikan oleh ISIS. Amer, 31 tahun, tinggal sebagai pengungsi di Jerman. Dia menyampaikan sebuah surat kepada saudaranya, Mohammed Mour yang bekerja sebagai seorang aktivis media oposisi. Ia menghilang setelah sebuah serangan bom mobil ISIS di dekat stasiun kereta Raqqa pada tanggal 13 Agustus 2013. Dalam suratnya ia menuliskan:
Adikku Mohammed Nour, aku merindukanmu.
Sudah 1.597 hari dan aku belum juga mendengar kabar darimu.
Aku mencarimu tapi belum juga berhasil. Aku tidak menemukan namamu di coretan dinding atau di dalam arsip para narapidana atau di halaman buku harian para tahanan.
Selama bertahun-tahun aku telah menulis tentangmu, tapi hari ini aku telah memutuskan untuk menulis surat kepadamu. Harapannya aku bisa melihatmu ketika dunia menghancurkan kota kita Raqqa, dan ISIS pergi meninggalkannya.
Apakah kamu ingat rumah kita, lingkungan sekitar dan taman Rashid kita? Segalanya kini berubah menjadi beton yang terbakar.
Mohammed Nour, malam ketika kamu menghilang adalah malam yang paling menyakitkan dalam hidupku.
Aku sedang dalam perjalanan dari Munich ke Raqqa. Hari itu, aku terlambat menuju ke pesawat. Aku dan penerbangan berikutnya ke Urfa (kota di perbatasan Suriah-Turki) tidak sampai hingga keesokan paginya.
Aku terbangun di tengah malam di sebuah kamar hotel di dalam bandara dan membuka akun Facebookku. Aku melihat sebuah pesan dari seorang teman dari Raqqa yang mengatakan bahwa kamu telah hilang, bersama beberapa orang lainnya, setelah ISIS meledakkan sebuah mobil yang terperangkap di dekat stasiun kereta selama pertempuran melawan tentara Syria.
Kakak kita, Mazer yang hanya berjarak beberapa meter dari ledakan itu harus menunggu sampai pagi untuk mengidentifikasi mayat hangus yang ada di bawah mobil. Untuk memastikan apakah itu kamu?
Dalam perjalanan ke bandara, aku tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis. Satu mayat terbaring di sana sepanjang malam, tidak ada yang bisa mencapainya karena ISIS telah memberlakukan jam malam di ambulans. Satu mayat Jika bukan kamu, Mohammed Nour, maka itu adalah saudara orang lain.
Aku berusaha menahan diri untuk tidak menangis saat menaiki pesawat. Aku menghubungi kakak kita 1.000 kali, tapi sinyal buruk. Aku sangat ingin tahu tubuh siapa yang terjebak di bawah mobil.
Beberapa jam kemudian, aku sampai di Raqqa. Semua jendela rumah kita terbuka lebar. Aku naik ke atas dan bibi membuka pintu. Dia menjerit seperti orang gila,"Mohammed Nour, Mohammed Nour ..." Ia memanggil namamu berulang kali.
Suaranya menakutkanku. Aku membeku. Ibu berlari menghampiriku. Dia memelukku dan mengatakan kepada bibi,"Ini adalah Amer bukan Mohammed Nour."
Satu-satunya hal yang bisa kita temukan dari ledakan mobil adalah kamera hangusmu. Kami pikir kamu meninggal malam itu, tapi kami mencarimu berhari-hari di antara orang mati dan yang terluka.
Kami kemudian menerima informasi konfirmasi dari para aktivis bahwa ISIS telah menculikmu saat Kamu mencoba melarikan diri dari tempat kejadian. Kamu telah ditahan di salah satu penjara mereka.
Kami mencoba melihat video dari kamera yang terbakar. Kami berhasil setelah berbulan-bulan mencoba tapi apa yang kami temukan tidak membantu. Dalam usaha kami untuk mencarinya, kami mengalami banyak kasus penipuan dan pemerasan, namun kami yakin kamu akan kembali.
Kamu akan bebas, dan pasti kamu akan terkejut meliha adik laki-laki kita, Hazem. Dia masih kecil saat kamu pergi, hari ini dia sudah hampir setinggi badanmu. Ibu juga mulai terlihat lebih tua.
Hidup kita telah benar-benar berubah dan cara kita melihat setiap detail rumah, makanan dan kehidupan juga telah berubah. Ibu tidak menutup jendela rumah kita di Raqqa selama setahun penuh, menunggumu kembali. Dia sekarang menyimpan bunga di balkon rumahnya yang kecil, di selatan Jerman.
Mohammed Nour, beberapa bulan yang lalu, kami diam-diam mengingat ulang tahun ke 24 kamu. Aku tidak tahu mengapa aku menulis surat ini kepadamu. Mungkin karena kesedihan yang kurasakan saat menulis surat ini terdengar seperti suara ibu dan ayah saat mereka membicarakanmu.
Tahun-tahun berlalu, Mohammed Nour, dan rezim (Presiden Syria Bashar al-Assad) belum jatuh. Kami tidak mendapatkan kebebasan di Syria, hanya kematian, kehancuran, dan kekecewaan.
Video yang kamu rekam tentang pertarungan Raqqa melawan Assad, dan transisi pertempuran menjadi satu melawan ekstremisme dan ISIS, sekarang tentang ketidakhadiranmu. Ini tentang pencarian kamu di puluhan penjara ISIS yang berhasil kami masuki, dengan harapan menemukan benang apa pun yang bisa membawa kami kepadamu.
Mohammed Nour, semoga kita bertemu lagi dalam waktu dekat. Aku berharap bisa berjalan denganmu, entah di pengasingan atau di antara puing-puing kota kita yang hancur.
(iml/JPC)
Silakan Tinggalkan Balasan: